Thursday, October 20, 2011

Idul Adha dan Bangkitnya Peradaban Islam

KHUTBAH 'IDUL ADHA 1430 H
TEMA: "FILOSOFI IBADAH HAJI & QURBAN SEBAGAI CETAK BIRU LAHIRNYA PERADABAN ISLAM YANG UNGGUL"
Oleh: H. Fahmi Salim, Lc. MA.
(Peneliti INSIST Jakarta & Dosen Tafsir Al-Qur'an STIU Al-Hikmah)
 
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahi al-Hamd
Kaum Muslimin jama'ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah swt...
Di pagi yang cerah ini puluhan bahkan ratusan juta umat Islam di Indonesia dan dunia serentak mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil. Gemuruh takbir yang membahana seakan membelah dunia, dikumandangkan oleh semua strata usia; tua – muda, besar – kecil, laki – laki dan perempuan. Mereka memuji Allah, karena Dia-lah yang pantas dipuji. Mereka membesarkan Allah karena Dia- lah yang pantas dibesarkan dan disanjung. Jagat raya menyaksikan kebesaran Allah. Langit, bumi, bintang-bintang, rembulan dan matahari, hewan dan tumbuhan, malaikat dan jin, semua bertasbih memuji dan mengagungkan-Nya. Betapa rugi manusia yang nista dan lemah tidak mau memuji dan membesarkan-Nya.


Bagi saudara kita kaum muslimin yang diizinkan oleh Allah untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun ini, kita doakan agar para hujjaj seluruh dunia selamat, aman dalam perjalanan dan ibadah mereka diterima Allah sebagai haji yang mabrur. Kemarin, pada tanggal 9 dzulhijjah mereka berwuquf di 'Arafah mulai tergelincirnya matahari hingga waktu maghrib. Semalam mereka bermalam di Muzdalifah dan subuh nanti waktu Arab Saudi mereka akan meluncur ke Mina untuk melempar (jumrah) di 'Aqabah. Mereka tak henti-hentinya melantunkan talbiyah "Labbaika Allahumma Labbaik... Labbaika la Syarika Laka Labbaik... Innal Hamda wa Ni'mata Laka wal Mulk la Syarika Lak". Mereka menegaskan kesiapannya untuk memenuhi seruan dan panggilan Allah swt. Mereka menolak dan beroposisi terhadap kemusyrikan, kebatilan dan kezaliman. Zikir dan doa senantiasa membasahi lidah mereka; mengakui kekuasaan Allah di tengah kelemahan insan yang tak berdaya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahi al-Hamd
Ketahuilah saudaraku bahwa Ibadah haji adalah konferensi internasional tahunan yang dihadiri oleh semua bangsa, negara, ras, kelompok dan mazhab dari semua pelosok tanpa membedakan antara si kaya dan si miskin, antara si profesional dan si amatiran, antara si putih dan si hitam, mereka semua bersatu dalam satu ikatan; ikatan Islam. Konferensi tahunan ini mempunyai keunikan dan perbedaan dari konferensi yang biasa diadakan oleh lembaga-lembaga dunia dan regional. Penyeru konferensi ini adalah bapaknya para nabi dan induknya agama Islam; nabi Ibrahim As atas perintah Tuhan-nya. Diantara keunikan konferensi ini dan yang membedakannya dari konferensi lain adalah:
- Konferensi ini diadakan atas perintah Tuhannya semua makhluk dan langsung dalam pengawasan dan penilaiannya, hanya mereka yang benar-benar ikhlas dan patuh atas peraturan-peraturanNya saja yang akan mendapatkan sertifikat seminar (haji mabrur). Sebagaimana sabda Rasulullah Saw الحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة"tiada balasan bagi haji mabrur kecuali surga".
- Konferensi ini mempunyai nilai ilahiyah yang sangat tinggi, yaitu legimitasi atas puncaknya pengorbanan dan pengabdian seorang insan terhadap Tuhannya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw "seorang sahabat bertanya: Perbuatan apa yang paling baik dihadapan Allah? Beliau menjawab: Haji mabrur."
- Konferensi ini dihadiri oleh semua manusia yang beriman akan Ke-Esa-an Tuhan dan mempunyai keinginan dan kemampuan untuk menghadirinya tanpa dibatasi dan dipetakan oleh kriteria konvensional yang sempit dan relatif (kriteria politik, kriteria ekonomi, kriteria basa-basi dan lainnya) seperti halnya terjadi pada seminar konvensional. Hal itu ditegaskan dalam firmanNya ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا "Allah mewajiban kepada manusia mengerjakan haji, bagi orang yang kuasa mengadakan perjalanan kepadaNya." QS 3:97
- Konferensi ini tidak memerlukan pasukan keamanan yang siap menjaga dan menjamin dari berbagai agresi dan teror yang akan menggagalkan pelaksanaannya. Sebagaimana firmannya, فمن دخله كان آمنا "Siapa yang masuk kedalamnya menjadi aman." QS 3:97.
- Konferensi ini hanya diatur oleh sebuah kode ethik yang sangat universal dan komprehensif sebagaimana tercantum dalam firmanNya, فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج "Barang siapa yang telah menetapkan niatnya dalam bulan itu mengerjakan haji, maka tidak boleh bercakap kotor, berlaku jahat dan bermusuhan dalam melaksanakan haji (seminar)." QS 2:197.
- Tujuan Konferensi ini bukan untuk merampas hak orang lain, bukan untuk memerangi orang lain atau mengembargonya tapi semata-mata untuk menebarkan nilai-nilai persatuan dan persahabatan hal itu nampak dalam firmanNya, وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق ليشهدوا منافع لهم"dan maklumkanlah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepada engkau dengan berjalan kaki dan mengendarai unta; mereka datang dari segenap jalan yang jauh. Supaya mereka menyaksikan keuntungan-keuntungan buat mereka." QS 22:27-28.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahi al-Hamd
Pada setiap fenomena dari rangkaian manasik haji memancarkan cahaya dan nilai loyalitas (walaa'), pengabdian (wafa') dan penyembahan (ubudiyah) juga penyerahan total (Islamul wajhi) pada Allah swt., hal itu nampak sekali dengan jelas pada waktu melaksanakan ibadah haji dari mulai memakai pakaian ihram (pakaian yang tak berjahit) sampai tahallul yang ditandai dengan pemotongan rambut, semuanya dilakukan dengan penuh kepaTuhan, ketawaduan, kerendahan dan kekhusu'an. Olehnya, ibadah haji ditinjau dari segi ibadahnya lebih pantas dikatakan sebagai simbol pengabdian, pengorbanan dan kehidupan abadi yang akan dijalani setelah menjalani fase pembekalan di dunia fana ini, disamping itu ada hikmah-hikmah yang menyelusup dalam delik pelaksanaan haji.
Simbol-simbol dan hikmah-hikmah itu antara lain:
- Secara global haji adalah simbol penyembahan dan pengabdian pada Tuhan semata, sebagaimana firmannya وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون "Kuciptakan jin dan manusia itu hanyalah supaya mereka menyembah kepadaku." QS 51:56.
- Hajipun merupakan simbol dan deskripsi tentang alam lain atau kehidupan yang lain yang pasti suatu saat akan dijalaninya, gambaran ini diberikan agar mereka senantiasa berada dalam dzikir, agar tidak berpaling dari Dzat Ilahi dan agar mereka tidak terlena dengan hiruk pikuknya kehidupan dunia serta mampu mengambil pelajaran (ibrah) untuk mempersiapkan kehidupan yang akan dijalaninya itu dengan selalu berbuat amal kebaikan dan berguna ganda sebagai tabungan bagi kehidupan yang abadi.
- Pemberangkatan haji dari tempat tinggalnya menuju Makkah merupakan pembelajaran dalam memperluas wawasan dan pengetahuan serta latihan dalam menghadapi berbagai rintangan, beban dan tempaan kehidupan dengan kesabaran.
- Pemakaian kain ihram dimulai dari miqat merupakan simbol kekerasan hati dan keteguhan jiwa dalam melaksanakan kewajiban yang dipikulnya. Karena segala pekerjaan harus dimulai dengan sebuah niat dan semangat yang kuat sehingga bisa menyampaikan pada target yang diusungnya.
- Larangan-larangan bagi pemakai ihram adalah sebagai usaha dan latihan dalam melatih kemuliaan akhlak dan menjauhkan diri dari kemewahan, keglamouran dan nafsu serakah dunia menuju kehidupan yang penuh kebaikan dan harapan pada ampunan dan belas kasih Tuhan.
- Pakaian yang tak berjahit (kain ihram) adalah sebagai simbol untuk membersihkan diri dari noda-noda kehidupan dunia dan sebagai gambaran lain tentang kehidupan manusia setelah mati, ia akan menghadap Rabb-nya hanya memakai kain kaffan (kain kematian yang tak berjahit), tak membawa harta, perhiasan, jabatan dan berbagai titel kebanggaan tapi yang berguna dan menjadi bekal buat mereka hanyalah amal kebaikan dan ketakwaanya. Kesadaran itu yang harus dicerna oleh setiap pemakai kain ihram haji sehingga dalam pelaksanaan hajinya akan semakin khusu' dan sungguh-sungguh dalam menjalankan peraturan hajinya. Memakai pakaian ihram diibaratkan ketika memakai pakaian kematian, yaitu indikasi untuk berpaling dari kemewahan dan perhiasan yang mahal karena kondisi seorang haji itu adalah orang yang kusut dan berdebu, hal itu bagaikan saat ia dibangkitkan dari alam kubur menuju alam mahsyar, ia bangkit penuh keraguan, kaget dan penuh dengan debu, hanya mereka yang bibirnya selalu basah dengan dzikir pada Allah akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan. Fenomena tersebut sesuai dan cocok dengan kondisi pelaksanaan haji sebagaimana dikuatkan oleh sabda Rasulullah Saw ketika ditanya tentang haji yang paling afdhal? Maka beliau menjawab "haji yang paling afdhal adalah al'ajj (yang berterik-teriak dengan talbiyah) dan dan Assajj ( yang mengalirkan darah dengan kurban).
- Wukuf di 'Arafah bersama saudara-saudaranya yang berbeda bahasa, jenis, kulit dan negara tapi semuanya dalam satu tempat, satu waktu dan pakaian yang sama adalah sebagai simbol persamaan dan persatuan, tak ada perbedaan antara si Kaya dan si miskin, antara penguasa dan rakyat jelata, antara orang tua dan anak kecil, semuanya sama, semuanya berteriak dengan satu bahasa; labbaika Allah... semua berdoa, beristighfar dan memuji pada Tuhannya mengharapkan janji-janji Allah pada hari 'Arafah.
- Mampir di Muzdalifah dan masy'aril haram adalah sebagai waktu untuk mengingat nikmat yang telah diberikan Allah dari rahmat, ampunan dan anugrah lainnya saat mereka berada di 'Arafah.
- Melempar batu (di jamaraat) adalah simbol usaha manusia untuk mencegah berbagai kejahatan, fitnah, rayuan-rayuan syetan yang akan senantiasa menjerumuskan manusia pada jurang kehancuran, hal itu diilhami oleh usaha nabi Ibrahim sekeluarga dalam melaksanakan titah Tuhannya yang dirayu dan digembosi syetan agar mengurungkan usahanya itu, kemudian Nabi Ibrahim melemparnya sehingga syetanpun kabur terbirit-birit.
- Tinggal bermalam beberapa hari (mabiit) di Mina adalah simbol refleksi diri setelah perjalanan yang melelahkan dan mendebarkan hati.
- Berkurban adalah manifestasi rasa syukur dan sebagai solidaritas pada saudara-saudaranya serta sebagai usaha untuk membersihkan diri dari sifat kikir dan bakhil.
- Thawaf adalah indikasi terbesar tentang persatuan dan kekuatan pesatuan umat Islam, disamping sebagai deklarasi dan perjanjian untuk saling membantu dan bekerjasama dalam kebaikan dan kebenaran serta usaha untuk sama-sama meninggikan dan memulyakan panji Ilahi.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahi al-Hamd
Apabila ibadah-ibadah mahdlah (dimensi keTuhanan) lainnya seperti shalat dan puasa hanya memancarkan hikmah dan manfaat yang sektoral dan personal maka ibadah haji adalah kehendak Tuhan untuk menjadikan hikmah dan manfaat dari ibadah tersebut menjadi milik bersama, dalam waktu yang sama dan dinikmati oleh bersama. Sebagaimana firmanNya "Dan maklumkanlah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepada engkau dengan berjalan kaki dan mengendarai unta; mereka datang dari segenap jalan yang jauh." QS 22: 27.
Dengannya mereka saling berkenalan dan bersahabat; orang Arab kenal orang asia, orang afrika kenal orang eropa dan lainnya, semuanya saling mengenal dan mengenalkan dalam satu bahasa; bahasa Tuhan. Dari perkenalan (ta'aruf) melahirkan persahabatan (takaful) dari persahabatan melahirkan loyalitas (wala'), dari loyalitas melahirkan pengorbanan (tadhiyah). Itulah puncak haji, berkorban demi membantu saudaranya yang ada dalam kesulitan dan kesusahan sampai mereka kembali pada kondisi yang normal dan ideal.
Dalam persahabatan tercipta persatuan sebagai sumber kekuatan yang dahsyat dalam membangun sebuah peradaban kemanusiaan, dalam persahabatan disamping melahirkan rasa loyalitas juga melahirkan rasa saling menghormati akan peran dan kewajiban masing-masing, itulah puncak toleransi kemanusiaan yang selama ini telah hilang dari tataran bumi. Puncak toleransi kemanusiaan itu dalam wacana konvensional lebih dikenal dengan istilah "hak asasi manusia"; kode ethik abstrak yang sedang bergelut dan berjuang dengan kekuasaan dan anarkisme.
Sebenarnya kode ethik hak asasi manusia itu telah diproklamirkan Rasulullah, ketika beliau melakukan haji wada (haji perpisahan), beliau wasiatkan pada seminar yang refresentatif, agar semua manusia yang mendiami tataran bumi ini terpanggil dan tersentuh untuk memenuhi dan mengamalkan nilai yang terkandung dalam kode ethik tadi. Adapun mereka yang berteriak-teriak tentang HAM pada dekade sekarang ini adalah bagaikan pahlawan kesiangan, begitu naif dan memalukan, negara yang disebut adi-daya AS dan menahbiskan diri sebagai penjaga HAM kelas wahid dia juga yang menginvasi Irak dan Afghanistan secara nista dan biadab, mereka juga yang memberi lampu hijau kepada Israel Zionis untuk menganeksasi Palestina dan mengkudeta pemerintah Palestina yang terpilih dalam pemilu yang paling demokratis setelah diakuinya PLO oleh dunia internasional, bahkan setiap akan lahir resolusi PBB yang mengkritik tindakan dan ulah negara Zionis, setiap kali itu pula negara adi-daya itu memveto-nya.
Rasulullah melakukan haji hanya satu kali, untuk yang pertama (pasca pengutusan) dan yang terakhir, haji tersebut dinamakan haji wada' (haji perpisahan) karena Rasulullah telah memperpisahkan diri pada sahabat-sahabatnya, dengan sabdanya "Wahai manusia sekalian, dengarlah dariku, karena aku tak tahu, mungkin aku tak akan bertemu lagi dengan kalian setelah tahun ini..." dan hal itu benar saja karena Rasulullah tidak lama semenjak kedatangannya dari haji hanya hidup 81 hari saja kemudian setelah itu beliau wafat. Pada bumi 'Arafah, Rasulullah telah menyampaikan khutbah fenomenal dan monumental, di dalamnya dijelaskan "prinsip-prinsip hak asasi manusia" dan "piagam hubungan internasional" yang harus menjadi sumber dan pegangan umat Islam dalam berinteraksi dan bermasyarakat.
Yaitu prinsip dan piagam yang baru dikenal dan disadari oleh hukum konvensional dan PBB, itupun masih baru dalam tataran normatif abstrak saja karena realitanya adalah sebaliknya.
Adapun apa yang disampaikan Rasulullah pada haji wada itu adalah sistem yang telah diaplikasikan dan konstitusi yang telah diterapkan umat Islam dalam aksi dan visinya, bahkan mereka menjadikannya sebagai pola hidup, saat kekuasaan menjadi miliknya, dan ketika kepemimpinan menjadi tanggungjawabnya, mereka mengimplementasikan secara bijak dan adil, tak terpengaruhi oleh nepotisme, rasisme ataupun materialisme.
Hal itu nampak pada hak-hak sebagai berikut:
- Hak mendapatkan persamaan, kebebasan dan keamanan Dalam salah satu bagian khutbahnya, beliau menegaskan tentang kriteria penilaian manusia, adapun dasar manusia itu sendiri adalah sama, sebagai makhluk yang berakal, perbedaannya terletak hanya pada usaha dan kerjanya semata. beliau memerintahkan pada umatnya untuk tidak melakukan diskriminasi karena pebedaan warna kulit, ras, atau jenis kelamin. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam menjalani hidup ini, hal yang jelas sekali dalam bagian khutbahnya:
"wahai manusia sekalian! sesungguhnya darah, kehormatan, dan harta-harta kalian adalah suci, sebagaimana sucinya hari ini, tahun ini dan negeri kalian ini. Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan semua ini? Ya Tuhan, saksikanlah ini. Dan barang siapa yang mempunyai amanat sampaikanlah pada orang yang berhaknya ."
"wahai manusia sekalian! Seseungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan kamu semua berasal dari bapak yang satu, setiap kalian berasal dari Adam, dan Adam terbuat dari tanah, orang yang paling mulya diantaramu adalah mereka yang paling banyak bertakwa. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang non Arab, dan (sebaliknya) tidak juga bagi orang non Arab atas orang Arab. Juga tidak ada keutamaan bagi orang kulit putih atas orang kulit merah, kecuali dengan ketakwaan. Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan semua ini? Ya Tuhan, saksikanlah ini. Dan agar yang hadir disini menyampaikan kepada yang tidak hadir."
- Hak mendapatkan jaminan ekonomi dan keamanan sosial. Tabiat manusia adalah selalu ingin menang sendiri dan selalu ingin menguasai orang lain, hal itu kalau dibiarkan tanpa ada konstitusi yang mengatur dan mengarahkannya, maka kehidupan manusia di dunia akan kacau, tak akan ada keseimbangan bahkan kemakmuran yang merupakan tujuan mereka diturunkan ke bumi ini tak akan tercapai, maka untuk mencegah kehancuran itu, dalam khutbah wadanya Rasulullah SAW memberi sebuah konstitusi untuk menjaga keseimbangan hidup dan menjaga kesetabilannya, baik dalam ekonominya, ataupun dalam pidananya, sebagaimana dalam penggalan khutbahnya:
"wahai manusia sekalian! Bahwa riba itu harus dimusnahkan, dan riba pertama yang aku musnahkan adalah riba pamanku; Abas bin Abdul Muthalib. Dan menuntut balas dendam itu juga harus dihilangkan, dan balas dendam pertama yang aku hilangkan adalah balas dendamnya atas kematian `Amir bin Rabiah bin Haris bin Abdul Muthalib..."
Disamping itu dalam bagian khutbah lainnya, beliau menegaskan tentang hak saudara dan hak privasi yang harus dijaga:
"wahai manusia sekalian! Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah adalah saudara, tidak dihalalkan harta seseorang atas orang lain kecuali dengan cara yang baik dan legal."
- Hak perlindungan dan edukasi wanita Pada saat konstitusi manusia belum mengenal tentang hak dan kewajiban wanita yang adil dan bijak, Islam datang dan menetapkan hak dan kewajiban itu; sebagai wanita seutuhnya, sebagai makhluk sosial, dan menghargai hak politiknya, tanpa merendahkan dan tanpa melebihkan tapi menempatkannya proporsional. Pada satu sisi dia mempunyai hak yang harus dipenuhi, dan pada sisi lain iapun mempunyai kewajiban yang harus ia kerjakan, saling mengisi dan melengkapi sehingga tercipta kehidupan yang ideal dan layak, tanpa mendhalimi atau mengebiri hak lain.
Dalam hal ini, Rasulullahpun tidak lupa memberi wasiat tentang hak dan kewajiban wanita yang ideal, hal itu jelas pada khutbah perpisahannya pada empat belas abad yang lalu;
"Wahai manusia sekalian! Sesungguhnya istri-istrimu mempunyai hak atas dirimu, dan kamupun mempunyai hak pada mereka, janganlah ada yang tidur dikasurmu selain dirimu, janganlah memasukan seseorang pada rumahmu kecuali setelah meminta izinmu, dan janganlah mereka mendatangi perbuatan yang keji dan tercela, dan apabila mereka mendatangi perbuatan tercela itu maka Allah telah membolehkan padamu untuk menahannya dan memisahkan tempat tidurnya serta memukulnya dengan pukulan yang tidak membahayakan jiwanya, dan apabila mereka berhenti dan mentaatimu, maka kamu harus memberi makan dan pakaiannya dengan bijak..."
- Etika bermasyarakat (peringatan akan bahaya musuh abadi manusia)
Terkadang manusia lupa, bahwa tujuan hidup di dunia ini hanya untuk menanam buah budi dan aksi yang bisa berguna dan bisa dituai kelak di alam akherat. Untuk mencapai hal itu tentu memerlukan usaha dan jerih payah, dan tidak sedikit diantara mereka ada yang terjebak dan tergelincir dalam keterpurukan dan kehancuran. Olehnya Rasulullah telah memperingatkan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang akan dilancarkan oleh musuhnya, hal itu amat jelas dalam penggalan khutbah lainnya:
"wahai manusia sekalian! Sesungguhnya syetan itu telah merasa prustasi dengan meyembahnya kalian ditempat ini (pada Allah) dan ia akan merasa puas apabila kamu menyembah selainnya, yaitu perbuatan yang akan merendahkan perbuatan kamu sekalian..." "Dan janganlah kalian menjadi kafir kembali setelah aku tinggalkan, saling bermusuhan satu dengan lainnya."
- Etika beragama (petunjuk akan pedoman hidup)
Beragama adalah salah satu kebutuhan pokok sebuah kehidupan, dalam bentuk apapun mereka hidup, dan semaju apapun peradaban mereka, olehnya, Rasulullah memberikan sebuah wasiat, yaitu pedoman hidup yang akan menjadi referensi pemenuhan kebutuhan hidup dia, baik tentang dunia ataupun tentang akhiratnya. Hal itu jelas sekali dalam khutbahnya,
"Dan janganlah kalian menjadi kafir kembali setelah aku tinggalkan, saling bermusuhan satu dengan lainnya, dan sesungguhnya aku telah meninggalkan pada diri kalian sebuah pegangan, apabila memegang teguh pegangan tersebut, maka kamu selamanya tidak akan sesat; kitab Allah (alquran) dan Sunnahku (alhadits)..."

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahi al-Hamd
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah...
Allah juga mensyariatkan kepada kita untuk menyembelih hewan qurban (udhiyah) sebagai amal tathowu' bagi umat Rasulullah saw yang amat besar pahalanya. Bagi yang sanggup, menyembelih qurban disunnahkan setiap tahun sekali. Ibadah yang satu ini mengingatkan kita kembali kepada keteladanan Nabi Ibrahim a.s. yang siap dan rela mengorbankan putera kesayangannya Isma'il a.s. demi memenuhi perintah Allah swt atas dirinya. Bagi Ibrahim, perintah Allah di atas segala-galanya, di atas kecintaan pada anak dan keluarga. Namun, Allah berkuasa mengganti sembelihan itu berupa domba dan Isma'il tetap hidup untuk meneruskan perjuangan sang ayah dan kemudian melahirkan Nabi Muhammad saw; sebagai realisasi terkabulnya doa Ibrahim a.s. "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Q.s. al-Baqarah: 129)
Rasul kita, Muhammad saw ternyata bukan sebatas menghidupkan kembali tradisi ketauhidan murni yang dicanangkan oleh Bapak Ideologis/Spiritualnya: Ibrahim a.s. namun juga mewarisi sifat-sifat keteladanannya sampai Rasulullah saw menyatakan "dirinya adalah yang paling menyerupai keteladanan Ibrahim a.s."
Khalilullah Nan Mulia itu menghimpun segala sifat kebaikan dan kekuatan; spirit yang menggelora, kekuatan logika, kukuh pendirian dan karakter, penyabar, pemurah dan dilengkapi dengan kejernihan iman, keyakinan teguh dan hubungan yang kokoh dengan Allah swt. Al-Qur'an menyebutnya sebagai "pemilik perbuatan-perbuatan (prestasi) yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi" (أولي الأيدي والأبصار) dan dikaruniai "hidayah kebenaran" (رشده). Ini disebabkan usaha berkelanjutan dan tak kenal lelah dalam memerangi kemunkaran dan kebobrokan akidah dan moral kaumnya dengan semua potensi dan daya yang dimiliki; mulai dari rasa sakit dalam hatinya melihat kemunkaran, lalu argumentasi logika yang dikonfrontir dengan tokoh-tokoh musyrik, hingga mengayunkan tangan sekuat tenaga untuk menghancurkan berhala jadi berkepingan. Ia tak pernah menyiakan setiap kesempatan untuk mendakwahi umat dengan kepandaian silat lidah, kebenaran, ilmu yang tinggi, ketegasan dan keteguhan prinsip walau nyawa menjadi taruhannya. Perhatikan ayat 83-96 surah as-Shaffat. Dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh) (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci, (Ingatlah) ketika ia Berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah itu ? Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?" Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata:"Sesungguhnya Aku sakit". Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang. Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata: "Apakah kamu tidak makan? Kenapa kamu tidak menjawab?" Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat). kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas. Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". Mereka berkata: "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim;lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu". Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, Maka kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
Itulah karakter sempurna yang ada pada diri seorang Ibrahim a.s. ketika masa mudanya. Lalu bagaimana dengan masa tuanya?
Ternyata prestasi dan perbuatan-perbuatan besarnya tak berhenti sampai situ, namun terus berlanjut hingga masa tua dan ketika membina bahtera keluarga. Prestasi itu ditunjukkan dengan pembangunan fondasi ka'bah yang kokoh bersama sang putera: Isma'il. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (al-Baqarah: 127) Sama persis seperti Rasulullah saw pada usia 53 tahun aktif membangun masjid (bukan sekedar seremonial meletakkan batu pertama dan lalu menggunting pita peresmian seperti kebiasaan para pemimpin kita) dibantu para sahabatnya ketika beliau baru saja hijrah ke madinah.
Prestasi keimanan dan kepasrahan kepada perintah sang Khaliq kembali ditorehkan saat Allah swt memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putera tercinta Isma'il yang telah lama ditunggu-tunggu kelahirannya. Mari perhatikan kembali kisah heroik dan mengharukan keluarga Ibrahim itu sekali lagi dari surah as-Shoffat: 99-111 berikut ini:
Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya Aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepAdamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba kami yang beriman.
Nabi Ibrahim a.s. adalah arsitek terbesar bangunan dakwah ilahiyah yang sangat visioner dengan keteguhan prinsip yang tiada banding. Jangkauan berfikirnya tak sesempit masa hidupnya, namun melebar dan menembus batas-batas kurun waktu yang membentang ribuan abad hingga hari pengadilan ilahi. Itu semua tak lain karena spirit yang membuncah agar kebenaran tetap tegak berkibar dan membentang di setiap masa dan generasi. Mari dengarkan dengan cermat setiap kisi doa dan munajatnya kepada sang Khaliq setelah selesai membangun Baitullah Haram:
• • •
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah Taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Q.s. al-Baqarah: 128-129) dan juga firman Allah: و جعلها كلمة باقية في عقبه لعلهم يرجعون Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (Q.s. al-Zukhruf: 28)
Ia selalu gelisah memikirkan betapa sia-sia bangunan Baitullah nan megah yang ia bangun susah payah jika tak lahir secara kontinyu generasi muslim yang tunduk kepada Allah swt. Dan siap memakmurkan Baitullah dan rumah-rumah Allah yang lain. Bahkan visi dakwah Ibrahim a.s. dijelmakan ke dalam "cetak biru" pedoman melahirkan generasi muslim; para pahlawan pembela kebenaran dan penentang thaghut yang dilukiskan indah dalam doanya dengan 3 langkah pembinaan yaitu: Tilawah (membaca ayat-ayat suci), Tazkiyah (mensucikan jiwa) dan Ta'lim (pengajaran metode ilmiah). Itulah warisan terbesar Abul Anbiya Ibrahim a.s., yang harus selalu kita hidupkan dan tumbuh kembangkan untuk mengembalikan kejayaan Islam dan ummatnya di pentas peradaban umat manusia. Itulah pesan terdalam dari hikmah Idul Adha yang kita agungkan dan rayakan pada hari ini. Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illa Allah wa Allahu Akbar...!

Monday, 30 November 2009 at 07:11

0 komentar: