KELUARGA YANG
SALEH FONDASI UTAMA
KEKUATAN BANGSA
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah.
Pagi ini kita berkumpul di sini, merapatkan jiwa dan raga, menadahkan hati
untuk cucuran rahmat Ilahi. Pagi ini kita berkumpul di sini, bertakbir,
membesarkan nama Allah, agar terpatri sampai ke relung hati bahwa hanya Allah
Yang Maha Besar, selainNya adalah kecil di hadapanNya. Permasalahan sebesar
apapun, menjadi kecil di hadapan keagungan kekuasaanNya. Musuh yang kuat,
menjadi lemah di hadapan kekuatanNya yang tiada berbatas. Mari bertakbir dengan
jiwa, lisan dan raga kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ketika kita
bertakbir dengan penuh bahagia di sini, ternyata di tepian dunia yang lain di
sana kesedihan masih mencengkram. Di Suriah tempat bercokol rezim Syi’ah dengan
penuh kebencian dan dengan dukungan penuh Iran membantai muslim Sunni tanpa
perikemanusian. Tapi takbir masih menggema di sana dengan optimisme atas
pertolongan Allah ‘Azza Wajalla.
Takbir pun masih
menggema di Gaza, Palestina, diselingi dentuman bom dan letusan peluru. Takbir
pun masih terdengar walau mungkin sedikit sayup dari tenda-tenda pengungsian
muslim Rohingya di Burma. Pekikan takbir pun masih terdengar nyaring di Mesir,
mengatasi euforia kaum sekuler dan militer atas kemenangan semu merampok proses
demokrasi yang dimenangkan partai Islam. Takbir juga masih bergema di Indonesia
yang selalu dibayangi hantu koruptor yang bergentayangan menghancurkan system
dan tatanan bangsa. Ya, takbir masih menggema dengan hentakan iman di dada-dada
kita.
Kembali kita panjatkan
puji dan syukur kepada Allah swt yang telah begitu banyak memberikan kenikmatan
kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya, karena itu keharusan kita
adalah memanfaatkan segala kenikmatan dari Allah swt untuk mengabdi kepada-Nya
sebagai manifestasi dari rasa syukur itu, salah satunya adalah ibadah berkorban
pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik. Allah swt berfirman:
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat
yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (QS Al
Kautsar [108]:1-2).
Shalawat
dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw, kepada keluarga,
sahabat-sahabat dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya
nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.
Takbir,
tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai
saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna
menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan dengan ibadah mereka
di sana, di sini kita pun melaksanakan
ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang
terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah, pemotongan hewan qurban
setelah shalat idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama
hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah swt.
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin
Rahimakumullah.
Salah satu yang
amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan figur-figur teladan yang menjadi
acuan dan menginspirasi perubahan besar dalam kehidupan kita. Karena itu, Allah
swt menjadikan Nabi Ibrahim as dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang
masa, bahkan tidak hanya kita yang harus meneladaninya, tapi Nabi Muhammad saw
juga harus meneladaninya, Allah swt berfirman:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Satu dari sekian banyak
keteladanan dari Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah memiliki dan
menunjukkan kesalehan keluarga yang luar biasa. Yang dimaksud dengan kesalehan
keluarga adalah keluarga bisa berjalan dengan baik sesuai kaidah agama,
harmonis, dan keberadaannya dibuktikan dengan manfaat yang bisa dirasakan oleh
banyak orang.
Oleh karena itu, terwujudnya
kesalehan keluarga menjadi sesuatu yang amat penting agar perjalanan keluarga
bisa berlangsung sebagaimana yang diharapkan, baik harapan orang yang berusaha
membangun kehidupan keluarga, maupun masyarakat sekitarnya.
Dalam kaitan ini, paling tidak
ada lima pilar kesalehan keluarga yang harus dimiliki oleh setiap keluarga.
Pilar Pertama, memiliki kemandirian nilai. Keluarga muslim
berarti memiliki nilai-nilai Islam yang menjadi landasan berkeluarga dan arah
kehidupannya. Suatu keluarga disebut memiliki kesalehan yang kuat manakala
berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam dalam menjalani kehidupan meskipun
berhadapan dengan kendala yang berat dan lingkungan sosial kultur yang tidak
Islami. Memiliki kemandirian nilai tidak hanya dia melaksanakan ajaran Islam di
lingkup keluarganya, tapi berusaha meluruskan yang tidak Islami di lingkup
sosialnya. Bagi Nabi Ibrahim as siapapun yang menyimpang dari ajaran Allah harus
diluruskan, termasuk orang tuanya sendiri yang keliru sebagaimana firman Allah swt:
وَ إِذْ
قالَ إِبْراهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَ تَتَّخِذُ أَصْناماً آلِهَةً إِنِّي أَراكَ
وَ قَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Dan (ingatlah) di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata. (QS An'am [6]:74).
Dalam rangka menanamkan
nilai-nilai keislaman yang kokoh di dalam keluarga, Allah swt telah
menggariskan agar orang tua muslim menerapkan system pendidikan Rabbaniah bagi
diri dan anak-anaknya. System pendidikan Rabbani yang holistic itu dirangkum
dalam rumusan 3 T yaitu: Tilawah (menggemakan bacaan ayat-ayat Allah
yang tertulis di Al-Qur’an dan yang terhampar di alam raya), Ta’lim
(mengajarkan nilai-nilai Qur’an dan Sunnah serta Iptek) dan Tazkiyah
(membentuk karakter diri dengan internalisasi akhlakul karimah dalam laku
lampah), yang tertuang secara tersurat dalam doa Nabi Ibrahim dan Ismail,
رَبَّنَا وَابْعَثْ
فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Ya Tuhan Kami, utuslah
untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan
Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah [2]: 129)
Dalam kehidupan sekarang dengan
pengaruh era globalisasi yang sedemikian besar, memiliki kemandirian nilai
menjadi perkara yang amat penting, karena sesama anggota keluarga memang tidak
bisa saling mengawasi setiap saat, bahkan tingkat kesibukan yang tinggi membuat
anggota keluarga sulit berkomunikasi meskipun alat-alat komunikasi sudah
semakin canggih. Diperlukan control yang ketat, muhasabah setiap hari di dalam
keluarga kita agar anak-anak kesayangan kita tidak terpapar oleh virus-virus
berbahaya yang menggerogoti akidah dan akhlak mereka di lingkungan sekolah dan
pergaulannya. Orang tua wajib memantau dan menegakkan sanksi bagi anak-anak
yang malas beribadah shalat 5 waktu, mengajarinya membaca Qur’an, disamping
membimbing mereka belajar di rumah secara disiplin. Anak-anak kita harus
ditanamkan akidah yang kokoh, sehingga bisa membedakan mana akidah yang sahih
dari yang sesat dan menyimpang. Apalagi ditengah maraknya perkembangan
aliran-aliran sesat di tanah air kita. Demikian pula pengokohan akhlakul
karimah, menjauhi kemaksiatan dan siaran-siaran televisi yang pertontonkan
pornografi, pornoaksi, kekerasan, keculasan, gaya hidup hedonisme dan
konsumtif.
Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar
Jamaah Sekalian Yang
Dimuliakan Allah swt.
Pilar Kedua yang
harus dimiliki keluarga agar memiliki kesalehan yang baik adalah kemandirian
ekonomi. Setiap manusia membutuhkan makan, minum, berpakaian, bertempat
tinggal, berkendaraan dan sebagainya hingga pengembangan diri. Untuk memenuhi
semua itu, dibutuhkan pendanaan dalam jumlah yang cukup dan didapatkan dengan
cara yang halal. Karena itu, setiap keluarga, khususnya bapak atau suami harus
mampu mengembangkan keluarganya untuk memiliki kemandirian dibidang ekonomi.
Dalam ibadah haji, selain ada Thawaf yang melambangkan kedekatan kepada Allah
swt, ada lagi yang namanya Sa’i yang secara harfiyah berarti usaha, yakni usaha
untuk memenuhi segala yang diubutuhkan dan harus dicapai. Siti Hajar berusaha
mencari apa yang bisa dikonsumsi untuk Ismail putranya, dengan berjalan dan
berlari dari bukit Shafa ke Marwa. Karenanya berusaha secara halal sangat mulia
dan mengemis sangat hina, apalagi mencuri dan korupsi untuk menafkahi keluarga,
na’udzu billahi min dzalik. Rasulullah saw bersabda:
لَأَنْ يَحْمِلَ الرَّجُلُ حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ بِهِ,
ثُمَّ يَجِيءَ فَيَضَعَهُ فِى السُّوْقِ, فَيَبِيْعَهُ ثُمَّ يَسْتَغْنِىَ بِهِ,
فَيُنْفِقُهُ عَلَى نَفْسِهِ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ, اَعْطَوْهُ
اَوْمَنَعُوْهُ.
Seseorang yang
membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya
ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan
nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada
orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim). Rasul saw bersabda, إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ
اَلنَّارُ أَوْلَى بِهِ “Setiap daging yang tumbuh karena (memakan) harta haram
tidak akan masuk syurga, sebab api neraka lebih berhak untuk menjilatnya” (HR. Ahmad dari Jabir bin
‘Abdillah). Pendidikan anti-korupsi memang harus diawali dari lingkungan
keluarga, dengan menerapkan nafkah yang halal buat keluarga. Sehingga kelak
bangsa kita terbebas dari jeratan korupsi.
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Hadirin Yang Dirahmati Allah
swt.
Ketiga, pilar yang harus dimiliki
menuju kesalehan keluarga adalah tahan menghadapi goncangan keluarga. Kehidupan
keluarga tidak lepas dari berbagai goncangan yang bisa membahayakan keluarga,
ada konflik suami-isteri, ketidakharmonisan antara menantu dengan mertua bahkan
dengan orang tuanya sendiri, hubungan orang tua dengan anak atau sebaliknya
yang tidak menyenangkan, campur tangan keluarga besar dalam menghadapi
persoalan keluarga sampai pengaruh tetangga atau masyarakat sekitar yang tidak
selalu baik dalam perjalanan keluarga.
Kunci utama untuk memperkokoh
kesalehan keluarga dalam situasi seperti ini adalah konsolidasi suami isteri
dan orang tua dengan anak. Ketika ada hal-hal yang kurang menyenangkan dari
isteri atau sebaliknya isteri terhadap suami, maka seseorang harus berpikir dan
belajar untuk tetap berinteraksi secara baik, begitu pula antara orang tua
dengan anak dan anak dengan orang tua, disinilah pentingnya untuk memperlakukan
keluarga dengan baik sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ ِلأَ
هْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِى
Sebaik-baik
kamu adalah yang yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang
paling baik terhadap keluargaku (HR. Ibnu Asakir).
Dalam kaitan dengan keluarga
Nabi Ibrahim as, salah satu yang amat penting untuk kita ambil sebagai
pelajaran adalah terbangunnya suasana dialogis dalam pendidikan keluarga, sehingga
meskipun Nabi Ibrahim as sudah meyakini adanya perintah menyembelih anaknya
Ismail dan ini tinggal dilaksanakan, tapi ternyata Nabi Ibrahim berdialog
dengan Ismail, bahkan meminta pendapatnya. Sementara Ismail dengan akhlaknya
yang mulia, hasil pendidikan Rabbani ayahnya, mengemukakan pendapat yang
mengagumkan sebagaimana diceritakan di dalam Al Qur’an:
فَلَمَّا بَلَغَ
مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar".( QS Ash Shaffat
[37]:100-102)
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id
Yang Dirahmati Allah swt.
Pilar Keempat yang
harus dimiliki agar keluarga memiliki kesalehan adalah keuletan dan ketangguhan
dalam memainkan peran sosial. Kesalehan seorang muslim tidak hanya bersifat
pribadi dalam arti ia menjadi baik hanya untuk kepentingan diri dan
keluarganya, tapi keshalehannya juga harus ditunjukkan dalam bentuk keshalehan
sosial. Hal ini karena di dalam Islam ada dua hubungan yang harus dijalin,
yakni hubungan vertikal kepada Allah swt yang biasa disebut dengan hablum
minallah dan hubungan horizontal kepada sesama manusia dan sekitarnya yang
disebut dengan hablum minannas.
Kehidupan masyarakat kita, baik dalam skala kecil maupun besar
menghadapi begitu banyak persoalan yang menuntut pemecahan dan jalan keluar.
Karena itu, keluarga seharusnya bisa memainkan peran sosial di masyarakat
sehingga keberadaannya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak dan ini
akan membuatnya menjadi keluarga terbaik, Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُالنَّاسِ
أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik
orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudha’i dari Jabir ra).
Karena
itu, keberadaan kita seharusnya bukan hanya bisa menyumbang persoalan, tapi
seharusnya menjadi bagian dari solusi atau jalan keluar dari berbagai persoalan
hidup, sehingga harus kita lakukan apa yang disukai Allah swt, lebih
rinci, Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ اْلأَعْمَالِ اِلَى اللهِ تَعَالَى: سُرُوْرٌ
تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ أَوْ تَكْشِفُ عَنْ كُرْبَةٍ أَوْ تَقْضِى عَنْهُ
دَيْنًا أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوْعًا
Amal yang paling dicintai
Allah Ta’ala adalah: rasa gembira yang engkau resapkan ke dalam hati muslim
atau memecahkan suatu masalah darinya atau membayarkan utangnya atau mengusir
rasa laparnya (HR. Ibnu Abi Dunya dan Thabrani).
Dengan peran sosial yang besar
itulah, maka kita akan menjadi bahan pembicaraan yang baik setelah wafat,
karena itu, Nabi Ibrahim as berharap demikian, beliau berdoa:
رَبِّ هَبْ لى
حُكْماً وَأَلْحِقْنى بِالصَّالِحينَ. وَاجْعَلْ لى
لِسانَ صِدْقٍ فى الآخِرينَ. وَاجْعَلْنى مِنْ
وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعيمِ. وَاغْفِرْ لأَبى
إِنَّهُ كانَ مِنَ الضَّالّينَ * وَلا تُخْزِنى يَومَ يُبْعَثُونَ
Ya Tuhanku,
berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang
yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga
yang penuh kenikmatan (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 83–85)
Bahkan prestasi Nabi Ibrahim dan
keluarganya yang terbesar adalah mewariskan konsep ketauhidan yang murni kepada
anak cucunya dan masyarakat dunia sehingga terwujud ummat muslim yang patuh
kepada hukum Allah, sesuai harapan dan doa beliau. Allah merekamnya,
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا
مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً
لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ
Ya Tuhan Kami,
Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah
kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat
kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Baqarah [2]: 128)
Yang
terakhir atau kelima diantara pilar kesalehan keluarga adalah
mampu menyelesaikan problema yang dihadapi. Menjalani kehidupan keluarga
seringkali berhadapan dengan berbagai problema, jangankan kehidupan keluarga,
kehidupan pribadi saja tidak pernah sepi dari persoalan. Kadangkala satu
persoalan belum bisa dipecahkan namun sudah muncul lagi persoalan berikut yang
bisa jadi lebih berat. Dalam situasi menghadapi problema hidup, sangat penting
bagi insan keluarga untuk terus mengokohkan ketaqwaan kepada Allah swt sebab
dalam kamus kehidupan orang bertaqwa tidak ada istilah jalan buntu dalam arti
persoalan tidak bisa dipecahkan, Allah swt berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS At Thalaq [65]:2-3).
Selain itu pula, keluarga
muslim yang saleh, setelah berusaha maksimal dalam menyelesaikan problem hidup,
tetap berserah diri dengan total dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Tawakkal adalah salah satu kunci kesuksesan keluarga muslim,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ
جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaq [65]: 3)
Kehidupan masyarakat kita
sekarang dengan tantangan yang sedemikian berat menuntut kehadiran keluarga
yang memiliki kesalehan yang baik sehingga diharapkan akan lahir masyarakat
dengan kesalehan yang baik karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
dan bangsa.
Akhirnya, marilah kita akhiri
ibadah shalat Idul Adha pada hari ini dengan berdoa:
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ
الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا
مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ
الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا
مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah,
perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan
kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami.
Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan
ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami
sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ
بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى
دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah,
anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan
perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan
kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan
bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan
melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan
jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami
dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami
terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami
orang-orang yang tidak mengasihi kami.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya
Allah berkatilah keluarga kami, jadikan mereka penyejuk pandangan mata dengan
ketaqwaan dan ketaatan padaMu. Kuatkanlah azam kami dan turunkan rahmat
hidayah-Mu agar kami dapat meneladani sebaik-baik keluarga dan semulia-mulia
orang tua yang mendidik putra-putrinya yaitu Nabiyullah Ibrahim AS dan
Rasulullah Muhammad SAW.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat,
mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّهُمْ حَجًّا
مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ
تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah
haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan
yang tidak akan mengalami kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang
baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab
neraka.
0 komentar:
Post a Comment